
Kreatif di Tengah Pandemi
Oleh Satriyo Yoga
Di penghujung tahun 2019, masyarakat dunia dikejutkan oleh berita tentang Covid 19 yang melanda kota Wuhan provinsi Hubei, Republik Tiongkok. Pada waktu itu saya masih menganggap berita itu sebagai informasi penting yang harus saya ketahui saja. Saya tidak pernah berpikir Covid19 akan bermigrasi dan memberi dampak serius pada kehidupan saya di Solo. Wuhan dan Solo jaraknya ribuan kilometer, jadi tidak ada alasan saya waswas.
Namun mendekati Februari, saya mulai khawatir. Apalagi dengan pemberitaan tentang jatuhnya korban meninggal yang terus meningkat setiap harinya. Pejabat Indonesia satu demi satu mengungkapkan kewaspadaannnya terhadap Covid 19. Apakah bisa sampai ke Indonesia? Atau jangan-jangan sudah sampai ke Indonesia? Saat WHO mengumumkan bahwa Covid19 adalah sebuah pandemi, saya memutuskan saya harus mempersiapkan diri. Apalagi saat Presiden Joko Widodo mengumumkan ada 2 orang terdeteksi positif Covid19 di Indonesia.
Saya terdampak covid19 sejak tanggal 13 maret 2020 saat kota solo ditetapkan berstatus klb corona. Dampak umum yang saya terima adalah saya harus mengurangi aktivitas di luar rumah, memakai masker, menghindari kerumunan, dan sering mencuci tangan menggunakan sabun. Sementara dampak khususnya, saya harus menjalani WFH (Work from Home).
Selama WFH, sekalipun raga saya di rumah, tetapi jiwa saya tetaplah jiwa pendidik. Prioritas saya adalah menyiapkan E-Learning atau distance learning yang berkualitas agar siswa dapat tetap belajar meskipun mereka berada di rumah masing-masing.

Ada banyak perubahan tata kelola kehidupan saat pandemik berlangsung. Sebagai contoh; yang dulunya setiap hari saya bisa berinteraksi langsung dengan murid-murid, kini tidak bisa lagi. Yang dulunya jarang merindu; karena lima hari bertemu berturut-turut, kini merasakan rindu serindu-rindunya. Saya rindu dengan tingkah laku murid-murid saya, tawa canda mereka, kenaifan mereka, dan tindakan aneh-aneh mereka.
Finally, I can see you, kids.
Untungnya sekolah memiliki program Zoom Class. Sehingga kerinduan saya terobati. Namun rupanya, kerinduan ini tidak hanya dialami oleh guru, tetapi juga murid-murid. Mereka mengungkapkan kerinduannya pada teman-temannya, guru-guru, dan suasana sekolah.
Kepada murid-murid saya selalu berpesan supaya rajin mengonsumsi makanan yang bergizi, banyak makan sayur dan buah, serta melakukan kegiatan yang kaya manfaat. Selain itu, saya juga mengingatkan supaya murid-murid mengonsumsi informasi yang bernutrisi tinggi.
Tetap kreatif
Yang kita alami saat ini adalah keadaan serba terbatas. Komunikasi dengan murid terbatas, jarak dengan murid terbatas, interaksi dengan murid terbatas. Oleh sebab itu guru dan murid harus berhasil melakukan cracking creativity inside of the box bersama-sama.
Bagi saya, ada banyak pesan yang bisa ditangkap oleh guru-guru terhadap dampak pandemi ini. Salah satunya adalah peluang untuk menjadi kreatif terbuka lebar. Tuhan sudah memberikan kita pikiran yang cerdas, oleh sebab itu momen ini harus digunakan untuk memunculkan dan mengasah kreativitas kita.
Guru haruslah kreatif mendesain kegiatan siswa, sehingga siswa terstimulasi menjadi kreatif. Beberapa murid saya sudah mulai mempraktekkan kreativitasnya. Misalnya, mereka membuat jadwal belajar mandiri selama masa pandemi ini,
Saya juga melihat hadirnya kreatifitas pada murid-murid saat mereka diminta membuat karangan tentang Covid 19, membuat poster tentang tindakan yang harus dilakukan untuk mengurangi penyebaran virus, menulis sebuah cerita, dan lain sebagainya. Hal ini sangatlah menarik karena stimulasi yang dilancarkan guru diterima oleh murid.
Rupanya menjadi kreatif ditengah pandemi memiliki peluang besar untuk terjadi dan diberi perhatian lebih. Jadi tidak ada alasan yang masuk akal apabila kita tidak berusaha menjadi kreatif.