
Distance Learning Itu Tidak Mudah
Oleh Esti Wardani
Tak terasa, sudah dua bulan berlalu sejak sekolah dinyatakan ditutup sementara demi mengurangi dampak menyebarnya covid-19. Ketika sekolah harus menerapkan Work From Home bagi guru dan karyawan, otak saya mulai berputar memikirkan bagaimana nantinya menerapkan distance learning terutama untuk murid-murid saya yang masih di level Toddler dan Nursery.
Pembelajaran yang biasanya dilakukan dengan kegiatan-kegiatan aktif untuk merangsang motorik, afektif dan kognitif anak-anak, tiba-tiba harus diganti dengan pemberian materi secara daring (online). Anak-anak yang terbiasa belajar melalui pengalaman langsung dan berinteraksi dengan teman-teman sebaya kini harus rela belajar dan bermain di rumah hanya dengan papa dan mama. Jenuh, pasti mereka rasakan. Tak terkecuali perasaan orang tua yang harus bertambah peran tidak hanya mengasuh tetapi juga menjadi guru yang mendampingi anak-anak mengerjakan tugas di rumah. Pun bagi kami para guru, adaptasi harus cepat dilakukan.
Guru dituntut harus lebih kreatif dalam merancang pembelajaran agar materi yang diberikan dapat diaplikasikan oleh orang tua di rumah secara tepat sesuai dengan panduan yang diberikan oleh guru tanpa mengubah esensinya. Selain itu, pemberian materi berupa video menuntut guru menjadi sutradara, artis, dan editor dadakan. Belajar secara otodidak dan berbagi pengalaman dengan rekan-rekan guru untuk mengoperasikan aplikasi editing ternyata memunculkan keseruan tersendiri, selain tentu saja menambah ilmu baru.
Sesi Zoom Class yang luar biasa dengan murid toddler dan nursery mengobati rindu saya pada murid-murid tersayang. Semoga, pandemi ini segera berlalu agar kami dapat segera berinteraksi dengan murid, kolega dan tak terkecuali orang tua murid.