
Sekolah Selama Pandemi
Oleh Ardian Nugroho
Banyak kebiasaan baru terbentuk semenjak coronavirus menyebar beberapa bulan lalu. Orang-orang dipaksa tinggal di rumah untuk menekan penyebaran Covid-19. Akibatnya, banyak hal terkena imbasnya. Kegiatan bekerja yang biasanya dilakukan di kantor dan tempat umum saat ini harus dilakukan di rumah. Begitu juga dengan kegiatan belajar; kini harus dilakukan di rumah. Tak lagi di sekolah.
Masih jelas dalam ingatan bagaimana saya mempersiapkan pagi sebelum berangkat ke sekolah. Hampir setiap pagi saya sibuk bersiap diri, seperti bangun pagi, mandi, menyiapkan sarapan lalu jalan kaki ke sekolah. Biasanya sekolah masih sepi ketika saya datang. Hanya ada satu dua guru dan penjaga sekolah. Seiring waktu berlalu, satu persatu guru dan murid berdatangan. Riuh rendah suara anak-anak beriringan dengan meningginya mentari pagi. Mobil dan motor mulai berdesakan di parkiran.
Guru-guru menyambut siswa di lobi sambil mengucap “selamat pagi” sembari tersenyum menyalami anak-anak satu persatu. Banyak anak membalas dengan antusias. Satu dua anak membalas dengan muka lesu. Mungkin pagi itu dia dipaksa bangun ketika sedang mimpi main dengan Tayo atau Little Poni. Siapa yang tak jengkel jika dibangunkan dengan terpaksa, ya kan? Tapi mood anak-anak akan segera berubah ketika mereka sudah bertemu dengan teman sepermainannya.
Kini kami memulai pagi dengan cara berbeda. Tak lagi kami harus bangun pagi sekali untuk menghindari macet dan bisa datang tepat waktu. Tak lagi bertegur sapa dan bermain dengan teman sebaya. Tak lagi belajar di kelas, tapi belajar secara mandiri di rumah bersama orang tua dan saudara.
Awalnya belajar di rumah terkesan menyenangkan. Kita bisa belajar sambil tiduran di kamar, menonton TV dan bermain gawai di rumah, hingga mengatur waktu sendiri. Tapi ekspektasi memang tak selalu sama dengan realita. Tugas-tugas sekolah kian hari kian menggunung membuat pekerjaan terasa tak pernah habis. Apalagi kita tidak bisa keluar rumah karena ancaman coronovirus. Lama-kelamaan rasa jenuh hinggap menyergap.
Tanpa perencanaan yang tepat serta kedisiplinan yang kuat, belajar di rumah malah akan berakhir menjadi beban. Saya biasa melakukan beberapa hal agar belajar di rumah terasa menyenangkan, di antaranya:
- Membuat to-do list harian tentang hal-hal apa yang harus dilakukan setiap harinya.
- Fokus pada satu tugas selama kurang lebih 1 jam, lalu beristirahat selama 15 menit.
- Melakukan hobi di waktu senggang, seperti menggambar, membaca, menonton, dan bermain game.
- Menelepon teman dan saudara.
- Berolahraga di rumah.
Segala sesuatu memiliki batasnya. Sama halnya dengan pandemi ini. Saya percaya coronavirus akan segera berakhir selama kita tetap mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker ketika di luar rumah dan mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer sebelum makan dan menyentuh wajah. Selain itu, ada baiknya kita tetap berada di rumah dan hanya keluar untuk keperluan penting saja, serta menjauhi kerumunan.
Mungkin protokol kesehatan ini akan terasa merepotkan, tapi lebih baik menjaga kesehatan daripada menjadi pesakitan, kan?